Oleh:
Muhammad Syarif*
Disaat Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam, para malaikat patuh dan taat atas perintah Allah, sementara Iblis mangkir. Lalu Iblispun berbalas pantun dengan Allah, Aku lebih baik dari Adam, maka tak pantas bagiku untuk bersujud padanya. Kesombongan serta ketidakmauan sujud hormat kepada Nabi Adam AS, Iblis akhirnya dikutuk dan diusir Allah dari surga ke muka bumi dalam keadaan terhina.
Iblis akhirnya dihinakan oleh Allah dan diusir dari
syurga akibat kesombongannya. Iblis pun Iblis mengajukan penangguhan umur
kepada Allah hingga hari Kiamat. Iblis berjanji akan menghalang-halangi Adam
dan keturunan Adam dari jalan yang lurus.
Allah pun mengabulkan permintaannya sebagaimana
terekam dalam Al-Quran, “Sesungguhnya engkau termasuk mereka yang diberi
tangguh,” (Surat Al-A‘raf ayat 15). Selain itu, Iblis berjanji kepada Allah
akan menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, dari arah mana saja dan
dengan cara apa saja, sebagaimana ikrar pernyataannya, “Kemudian aku akan
mendatangi mereka dari depan, dari belakang mereka, dari arah kanan, dan dari
arah kiri mereka,” (Surat Al-A‘raf ayat 17).
Karena itu, wajarlah jika melalui satu firman-Nya,
Allah mempertanyakan sikap manusia yang cenderung menjadikan Iblis dan
keturunannya sebagai pemimpin atau penolong selain diri-Nya? Pasalnya, bagi
manusia Iblis jelas-jelas merupakan musuh yang nyata. “Patutkah kalian
menjadikan dia (Iblis) dan turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan
mereka adalah musuh kalian?” (Surat Al-Kahfi ayat 50).
Dalam retorika Arab, ayat tersebut disampaikan dengan
gaya bahasa istifham inkari atau
pertanyaan negatif. Ini memberikan pesan bahwa sesungguhnya manusia sama sekali
tidak pantas menjadikan Iblis dan keturunannya sebagai auliya
(pemimpin/penolong) selain Allah. Alasannya, Iblis merupakan musuh nyata
mereka.
Musuh yang terbaik sekali pun, tidak ada yang
menginginkan pihak lawannya selamat. Demikian halnya dengan Iblis terhadap
manusia. Kendati demikian, manusia sering kali tidak sadar akan tipu dayanya,
baik pada saat bermaksiat maupun pada saat beribadah.
Yang lebih berbahaya lagi adalah tipu dayanya pada
saat mereka beribadah. Karena merasa sedang beribadah, mereka tidak menyadari
jika dirinya bisa diselewengkan oleh Iblis dan keturunannya dari jalan yang
benar. Padahal, dengan sangat mudahnya ia menggoda mereka, seperti melalui
sifat riya, senang pamer, perasaan lebih baik, tidak ikhlas, dan seterusnya.
Atas dasar itu, penting sekali kita mengetahui Iblis
dan tipu dayanya. Tujuannya agar kita tetap waspada dari godaan, kedengkian,
dan tipu muslihatnya, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Hanya saja, dalam
menjalankan misinya, Iblis tidak sendirian, melainkan dibantu oleh
keturunannya, yakni para syaitan, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Kahfi
ayat 50 di atas. Mengutip riwayat Mujahid menyebutkan bahwa ada lima syaitan
keturunan Iblis.
Pertama, syaitan Zalanbur. Dia adalah shâhib al-aswâq
atau syaitan penggoda manusia di pasar-pasar. Tujuannya agar mereka berlaku
curang, bersumpah palsu, mengelabui pembeli, berperilaku boros atau
menghamburkan uang, dan sebagainya. Karena itu, sebaiknya kurangi masuk pasar,
sebab pasar merupakan tempat kelalaian dan tempat syaitan-syaitan jahat, baik syaitan
jin maupun syaitan manusia. Kendati sangat diperlukan untuk memasukinya,
seperti untuk berdagang atau berbelanja, maka perbanyaklah berlindung kepada
Allah dari keburukannya: اَللَّهُمَّ إِنّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَكْسِبَ فِيْهَا
يَمِيْناً فَاجِرَةً أَوْ صَفْقَةً خَاسِرَةً
Artinya, “Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari perbuatan sumpah palsu dan transaksi yang merugikan di pasar.”
Atau, berdoa sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW berikut ini: لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيي
وَيُمِيْت، بيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير Artinya, “Tiada
tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya seluruh
kerajaan. Hanya miliknya seluruh pujian/kebaikan. Dialah Dzat yang maha
menghidupkan dan mematikan. Di tangan-Nya seluruh kebaikan. Dan Dia adalah Dzat
yang maha kuasa atas segala sesuatu.”
Kedua, syaitan Tsabur. Dia adalah shâhib al-masha’ib
atau syaitan penggoda manusia yang tengah ditimpa musibah. Tujuannya agar
manusia yang digoda benci terhadap ketetapan Allah, tidak sabar dalam
menghadapi ujian, bahkan tak jarang membujuknya untuk mengakhiri hidup atau
meminta kematian agar terlepas dari jeratan musibah atau ujian. Padahal,
Rasulullah SAW telah melarang semua itu. Yang dianjurkannya saat ujian datang
adalah bersabar, mengharap pahalanya dari Allah, dan menyerahkan segala urusan
kepada-Nya. Sesungguhnya, Allah telah memuji orang-orang yang bersabar dan
menjanjikan balasan besar bagi mereka.
Ketiga, syaitan A‘war. Dia adalah shâhib al-zinâ atau syaitan
penggoda manusia berbuat zina. Syaitan inilah yang membuat manusia merasa
indah, tertarik, dan tergoda oleh tampilan lawan jenisnya. Selanjutnya, dia
membujuk mereka melakukan perbuatan nista. Setelah perbuatan nista terjadi,
biasanya syaitan pergi berlepas diri lalu kembali lagi menimpakan penyesalan
atas apa yang telah mereka lakukan. Saat itulah dia kembali membujuk agar
mereka berani melakukan pembunuhan, baik terhadap perempuan rekan zinanya atau
terhadap bayi hasil perzinaan mereka. Syaitan ini pula yang dimaksud Rasulullah
SAW dalam haditsnya, “Janganlah seorang dari kalian berduaan dengan perempuan
(yang bukan haknya), sebab pihak ketiganya adalah syaitan.”
Keempat, syaitan Masuth. Dia adalah shâhib al-akhbar
atau syaitan penggoda manusia agar membuat atau menyebarkan berita bohong
(hoaks). Syaitan ini pula yang membisiki para tukang ramal atau tukang sihir
dengan berbagai kebohongan yang dibuatnya. Ia tampil bak sosok yang paling tahu
urusan gaib. Padahal, yang menguasai perkara gaib hanya Allah. Dalam hadits
al-Bukhari, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tukang ramal. Beliau
menjawab, “Mereka itu tidak tahu apa-apa.” Ditanya lagi, “Mengapa terkadang
mereka menyampaikan sesuatu yang benar kepada kami?” Beliau membantah, “Berita
yang diterima dari jin (syaitan) itu mungkin saja ada yang benar.
Namun, setelah dicampuri dengan seratus kebohongan.”
Orang yang percaya atau membenarkan apa kata tukang ramal, oleh Rasulullah SAW
dinyatakan sebagai orang yang kufur terhadap apa yang diturunkan kepada
dirinya. Bahkan, dalam hadits lain diancam dengan tidak diterima shalat selama
empat puluh hari. Na‘udzu billah.
Kelima, syaitan Dasim. Dia adalah shâhib al-buyût atau
syaitan penggoda di rumah. Kebiasaannya antara lain turut masuk masuk dengan
orang yang masuk rumah tanpa menyebut nama Allah dan mengucapkan salam sehingga
ketika seseorang masuk rumah tak mengucap nama Allah, maka syaitan ini turut
masuk dan terlibat dalam segala aktivitas di dalamnya, seperti makan, minum,
tidur, bahkan berhubungan suami istri. Pantaslah Rasulullah SAW senantiasa
berlindung dari godaannya. Antara lain melalui doa berikut: أَعُوذُ بِاللهِ
السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْخِهِ،
وَنَفْثِهِ Artinya, “Aku berlindung kepada Allah, yang maha mendengar dan maha
melihat, dari syaitan yang terkutuk, baik dari godaan, tiupan, maupun dari
sihirnya.” Demikianlah keturunan Iblis dan tipu dayanya, sebagaimana yang
disampaikan oleh Mujahid. Semoga kita terhindar dari jebakan batman Iblis dan
keturunannya yang senantiasa menggoda manusia. Wallahu
a‘lam
*Penulis adalah Sekjend DPP ISKADA Aceh, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, Direktur Aceh Research Institute (ARI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar