3 Mei 2020

Tupoksi Iblis dan Keturunannya dalam Tafsir At-Thabari


Oleh: Muhammad Syarif*

Disaat Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam, para malaikat patuh dan taat atas perintah Allah, sementara Iblis mangkir. Lalu Iblispun berbalas pantun dengan Allah, Aku lebih baik dari Adam, maka tak pantas bagiku untuk bersujud padanya. Kesombongan serta ketidakmauan sujud hormat kepada Nabi Adam AS, Iblis akhirnya dikutuk dan diusir Allah dari surga ke muka bumi dalam keadaan terhina.


Iblis akhirnya dihinakan oleh Allah dan diusir dari syurga akibat kesombongannya. Iblis pun Iblis mengajukan penangguhan umur kepada Allah hingga hari Kiamat. Iblis berjanji akan menghalang-halangi Adam dan keturunan Adam dari jalan yang lurus.
Allah pun mengabulkan permintaannya sebagaimana terekam dalam Al-Quran, “Sesungguhnya engkau termasuk mereka yang diberi tangguh,” (Surat Al-A‘raf ayat 15). Selain itu, Iblis berjanji kepada Allah akan menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, dari arah mana saja dan dengan cara apa saja, sebagaimana ikrar pernyataannya, “Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang mereka, dari arah kanan, dan dari arah kiri mereka,” (Surat Al-A‘raf ayat 17).

Karena itu, wajarlah jika melalui satu firman-Nya, Allah mempertanyakan sikap manusia yang cenderung menjadikan Iblis dan keturunannya sebagai pemimpin atau penolong selain diri-Nya? Pasalnya, bagi manusia Iblis jelas-jelas merupakan musuh yang nyata. “Patutkah kalian menjadikan dia (Iblis) dan turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian?” (Surat Al-Kahfi ayat 50).

Dalam retorika Arab, ayat tersebut disampaikan dengan gaya bahasa istifham inkari atau pertanyaan negatif. Ini memberikan pesan bahwa sesungguhnya manusia sama sekali tidak pantas menjadikan Iblis dan keturunannya sebagai auliya (pemimpin/penolong) selain Allah. Alasannya, Iblis merupakan musuh nyata mereka.

Musuh yang terbaik sekali pun, tidak ada yang menginginkan pihak lawannya selamat. Demikian halnya dengan Iblis terhadap manusia. Kendati demikian, manusia sering kali tidak sadar akan tipu dayanya, baik pada saat bermaksiat maupun pada saat beribadah.
Yang lebih berbahaya lagi adalah tipu dayanya pada saat mereka beribadah. Karena merasa sedang beribadah, mereka tidak menyadari jika dirinya bisa diselewengkan oleh Iblis dan keturunannya dari jalan yang benar. Padahal, dengan sangat mudahnya ia menggoda mereka, seperti melalui sifat riya, senang pamer, perasaan lebih baik, tidak ikhlas, dan seterusnya.

Atas dasar itu, penting sekali kita mengetahui Iblis dan tipu dayanya. Tujuannya agar kita tetap waspada dari godaan, kedengkian, dan tipu muslihatnya, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Hanya saja, dalam menjalankan misinya, Iblis tidak sendirian, melainkan dibantu oleh keturunannya, yakni para syaitan, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Kahfi ayat 50 di atas. Mengutip riwayat Mujahid menyebutkan bahwa ada lima syaitan keturunan Iblis.

Pertama, syaitan Zalanbur. Dia adalah shâhib al-aswâq atau syaitan penggoda manusia di pasar-pasar. Tujuannya agar mereka berlaku curang, bersumpah palsu, mengelabui pembeli, berperilaku boros atau menghamburkan uang, dan sebagainya. Karena itu, sebaiknya kurangi masuk pasar, sebab pasar merupakan tempat kelalaian dan tempat syaitan-syaitan jahat, baik syaitan jin maupun syaitan manusia. Kendati sangat diperlukan untuk memasukinya, seperti untuk berdagang atau berbelanja, maka perbanyaklah berlindung kepada Allah dari keburukannya: اَللَّهُمَّ إِنّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَكْسِبَ فِيْهَا يَمِيْناً فَاجِرَةً أَوْ صَفْقَةً خَاسِرَةً 
Artinya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan sumpah palsu dan transaksi yang merugikan di pasar.” Atau, berdoa sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW berikut ini: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيي وَيُمِيْت، بيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير Artinya, “Tiada tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya seluruh kerajaan. Hanya miliknya seluruh pujian/kebaikan. Dialah Dzat yang maha menghidupkan dan mematikan. Di tangan-Nya seluruh kebaikan. Dan Dia adalah Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu.”

Kedua, syaitan Tsabur. Dia adalah shâhib al-masha’ib atau syaitan penggoda manusia yang tengah ditimpa musibah. Tujuannya agar manusia yang digoda benci terhadap ketetapan Allah, tidak sabar dalam menghadapi ujian, bahkan tak jarang membujuknya untuk mengakhiri hidup atau meminta kematian agar terlepas dari jeratan musibah atau ujian. Padahal, Rasulullah SAW telah melarang semua itu. Yang dianjurkannya saat ujian datang adalah bersabar, mengharap pahalanya dari Allah, dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Sesungguhnya, Allah telah memuji orang-orang yang bersabar dan menjanjikan balasan besar bagi mereka.

Ketiga, syaitan A‘war. Dia adalah shâhib al-zinâ atau syaitan penggoda manusia berbuat zina. Syaitan inilah yang membuat manusia merasa indah, tertarik, dan tergoda oleh tampilan lawan jenisnya. Selanjutnya, dia membujuk mereka melakukan perbuatan nista. Setelah perbuatan nista terjadi, biasanya syaitan pergi berlepas diri lalu kembali lagi menimpakan penyesalan atas apa yang telah mereka lakukan. Saat itulah dia kembali membujuk agar mereka berani melakukan pembunuhan, baik terhadap perempuan rekan zinanya atau terhadap bayi hasil perzinaan mereka. Syaitan ini pula yang dimaksud Rasulullah SAW dalam haditsnya, “Janganlah seorang dari kalian berduaan dengan perempuan (yang bukan haknya), sebab pihak ketiganya adalah syaitan.”

Keempat, syaitan Masuth. Dia adalah shâhib al-akhbar atau syaitan penggoda manusia agar membuat atau menyebarkan berita bohong (hoaks). Syaitan ini pula yang membisiki para tukang ramal atau tukang sihir dengan berbagai kebohongan yang dibuatnya. Ia tampil bak sosok yang paling tahu urusan gaib. Padahal, yang menguasai perkara gaib hanya Allah. Dalam hadits al-Bukhari, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tukang ramal. Beliau menjawab, “Mereka itu tidak tahu apa-apa.” Ditanya lagi, “Mengapa terkadang mereka menyampaikan sesuatu yang benar kepada kami?” Beliau membantah, “Berita yang diterima dari jin (syaitan) itu mungkin saja ada yang benar.

Namun, setelah dicampuri dengan seratus kebohongan.” Orang yang percaya atau membenarkan apa kata tukang ramal, oleh Rasulullah SAW dinyatakan sebagai orang yang kufur terhadap apa yang diturunkan kepada dirinya. Bahkan, dalam hadits lain diancam dengan tidak diterima shalat selama empat puluh hari. Na‘udzu billah.

Kelima, syaitan Dasim. Dia adalah shâhib al-buyût atau syaitan penggoda di rumah. Kebiasaannya antara lain turut masuk masuk dengan orang yang masuk rumah tanpa menyebut nama Allah dan mengucapkan salam sehingga ketika seseorang masuk rumah tak mengucap nama Allah, maka syaitan ini turut masuk dan terlibat dalam segala aktivitas di dalamnya, seperti makan, minum, tidur, bahkan berhubungan suami istri. Pantaslah Rasulullah SAW senantiasa berlindung dari godaannya. Antara lain melalui doa berikut: أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ Artinya, “Aku berlindung kepada Allah, yang maha mendengar dan maha melihat, dari syaitan yang terkutuk, baik dari godaan, tiupan, maupun dari sihirnya.” Demikianlah keturunan Iblis dan tipu dayanya, sebagaimana yang disampaikan oleh Mujahid. Semoga kita terhindar dari jebakan batman Iblis dan keturunannya yang senantiasa menggoda manusia.  Wallahu a‘lam

*Penulis adalah Sekjend DPP ISKADA Aceh, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, Direktur Aceh Research Institute (ARI)





Tidak ada komentar: