Akhirnya ada
seorang warga Jelingke yang bermurah hati membolehkan kami membeli
tanahnya untuk didirikan dayah dengan cara bayar cicilan,” ungkap Tgk Umar yang
sebelumnya berprofesi menjadi penceramah resmi pemerintahan Pulau Pinang,
Malaysia juga dibantu oleh rekan-rekannya para asatiz. Saya mengenal beliau
saat sama-sama berada dalam wadah Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia Korwil
Aceh. Banyak kisah pilu yang saya dengar dari Dai Lintas Negara dan juga
Pimpinan Dayah Mini Aceh.
![]() |
Bersama Santri Dayah Mini Aceh |
Beliau juga
berprofesi sebagai guru ngaji di Malaysia kala itu, akan tetapi rela pulang ke
Aceh untuk mengurus anak-anak yatim korban tsunami dan konflik di Dayah yang ia
rintis. 1 April April 2017 bertepatan dengan 4 Rajab 1438 H adalah awal keberuntungan pada sang dai lintas negara.
Dayah Mini Aceh adalah nama Dayah yang berlokasi Jalan Tgk Meurah, Gampong Alue
Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, diresmikan yang dihadiri oleh
ulama kharismatik Aceh yaitu Abu Mawardi Waly (Darussalam Labuhan Haji) Putra Alm. Syech Mudawaly
Al-chalidi, Abu Daud Zamzami, Aba Asnawi Ramli, Abon Hasby Nyak Diwa, Abdul Majid Bin Omar, Tn H. Syeik Nasir Bin Sheikh Salim, Bapak Aminullah Usman Walikota Banda Aceh dan Zainal
Arifin Wakil Walikota Banda Aceh serta beberapa Tokoh Agama, Pimpinan Dayah dan
Pejabat Disdik Dayah Aceh dan Pejabat Disdik Dayah Kota Banda Aceh.
Secara runut
saya menyimak sambutan Pimpinan Dayah Mini Aceh, Tgk H Umar Rafsanjani, Lc, MA,
Dayah Mini Aceh ini selama tiga tahun di bawah asuhannya sudah tiga kali pindah
lokasi sampai akhirnya mendapatkan tanah sah berlokasi di gampong Alue Naga.
Saat itu para santri Dayah ini
tinggal pada toko kontrakan satu pintu di wilayah Gampong Rukoh, karena tidak
sanggup lagi membayar sewa toko lalu pindah ke simpang Gano Lambaro Skep atas
dasar janji-janji manis salah seorang tokoh dalam lembaga pemerintah Aceh saat
itu, terakhir sekali mereka pindah ke bantaran tepi sungai Lamnyong di atas
tanah milik dinas pengairan. Acara peresmian dan peletakan batu pertama Dayah
Mini Aceh dihadiri tamu khusus dari Malaysia, Tuan Haji Sheikh Nasir bin Sheikh
Salim dan Tuan Haji Abdul Majid bin Omar yang juga donatur Dayah Mini Aceh.
Kini Dayah Mini Aceh semakin bersinar. Surau Tuan Haji Sheik Nasir Bin Salim yang berada dikomplek Dayah adalah bantuan donatur warga Malaysia. Berdasarakn wawancara saya denga salah satu orang kepercayaan Tgk. Umar Rafsanjani yang juga adek iparnya. Semangat Pimpinan dalam berdakwah dan mendidik santrinya semakin menuai hasilnya. Dayah ini bukan hanya mencetak kader ulama salafiyah yang mahir membaca kitab kuning, akan tetapi mencetak generasi Tahfidz Qur`an. Ini buka isapan jempol. Saat ini ada 6 Santri terbaik yang sudah menghafal al-quran mulai dari 2-5 Juz. Bahkan saat evaluasi program unggulan Disdik Dayah Banda Aceh pada dua Dayah Salafiyah yaitu Mabdaul Ulum Al-Aziziyah dan Mini Aceh. Hasil evaluasi menunjukkan santri tahfidz. Dayah Mini Aceh meraih nilai tertinggi. Sukses terus tuan guru tercinta. Kami doakan Dayah Mini Aceh semakin jaya dan senantiasa memantulkan cahaya kegemilangan.
*Penulis
adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Sekjen DPP ISKADA Aceh, Alumni Lemhannas/Tannasda 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar