Oleh:
Muhammad Syarif*
Tradisi Ke Acehan di HUT Kota ke-813 Tahun |
Banda Aceh yang lahir
sejak 22 April 1205 M, telah dikenal sebagai Pusat
Pemerintahan Aceh yang mashur kala itu. Merujuk
pada tulisan Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo tahun 2006 tentang Kerajaan Aceh
Darussalam mengatakan, kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di
Banda Aceh ini tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Salah seorang
sultan yang terkenal dari Kerajaan Islam Lamuri adalah Sultan Munawwar Syah.
Sultan inilah yang kemudian dianggap sebagai moyangnya Sultan Aceh Darussalam
yang terhebat, yakni Sultan Iskandar Muda.
Akhir
abad ke-15 pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam, Banda
Aceh sekarang. Sementara mengenai Lamuri atau sebagian ada yang mengatakan Lam
Urik, saat ini terletak di kawasan Aceh Besar. Merujuk pada catatan Dr. N. A.
Baloch dan Dr. Lance Castle, yang dimaksud dengan Lamuri yaitu Lamreh di
Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Jejak kerajaan ini kembali
ditemukan saat ini di perbukitan Lamreh.
Dari
catatan tersebut, diketahui istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian
menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande atau sering disebut dengan "Kandang
Aceh". Masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah, istana Kerajaan Aceh
dibangun ulang di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam
Darud Dunia (dalam kawasan Meuligoe Aceh atau Pendopo Gubernur sekarang).
Selain itu, beliau juga mendirikan Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 691 H.
Banda Aceh Darussalam dijadikan sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan
sekarang ini merupakan ibukota Aceh.
Banda
Aceh yang merupakan ibu kota Provinsi Aceh yang tidak jarang dikunjungi
oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat ini Banda Aceh dikenal kota “Zikir”.
Tradisi Zikir yang digagas oleh Bapak Walikota Banda Aceh, H. Aminullah Usman
dan Wakil Walikota Banda Aceh, Zainal Arifin, semakin menggema bansigoem donya.
Berbagai terobosan terus dilakukan terutama aspek pelayanan publik, pendidikan,
keagamaan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi.
Lankah-langkah
strategis dan taktis terus dilakukan, guna mewujudkan mimpinya. Banda Aceh
Gemilang dalam bingkai syari`ah adalah “Ijtihad birokrasinya”. Tentu membangun
negeri tidak semuda menyulap, sim salaben abra kadabra. Butuh proses dan
komitmen bersama. Selaku ASN yang terus mempelajari gestur dan ijtihad
birokrasinya.
Sepertinya dua tokoh ini, telah menemukan panggung utamanya.
Tinggal waktu yang menentukan. Mal Pelayanan Publik, Santunan Kematian, pengurangan
angka kemiskinan, pemenuhan air bersih menjadi target awal yang harus dibenahi.
Krue semangat. Selamat Ulang Tahun Kota Banda Aceh ke-813. Saya Cinta Banda
Aceh. Teruslah berkarya demi kejayaan negeri endatu.
*Penulis
adalah Dosen FSH UIN Ar-Raniry/ Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar