Imam
bukhari meriwayatkan, bahwa Aba Manhal pernah mengatakan” Aku dan perseroku
telah membeli sesuatu dengan cara tunai dan kredit. Kemudian kami didatangi
oleh Al-Barra bin Azib, lalu kami bertanya kepadanya. Dia menjawab. “Aku dan
perseroku, Zaid bin Arqarn telah mengadakan (perseroan). Kemudia kami bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW tentang tindakan kami. Beliau menjawab “ Barang yang
diperoleh dengan cara tunai silahkan kalian ambil. Sedangkan yang diperoleh
dengan cara kredit silahkan kalian kembalikan”.
Imam
ad- Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW yang
bersabda, “yang maksudnya, Allah SWT berfirman;”Aku adalah pihak ketiga (Yang
Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkianat
kepada perseronya. Apabila diantara mereka berkianat, maka Aku akan keluar dari
mereka (tidak melindungi).
Syarikah (kerjasama) boleh dilakukan sesama muslim atau
antar seorang muslim dengan kafir. Imam muslim meriawatkan dari Abdullah bin
Umar yang mengatakan Rasulullah SAW telah mempekerjakan penduduk khaibar
(padahal mereka orang-orang Yahudi) dengan mendapat bagian dari hasil panen
buah dan tanaman. Rasulullah SAW pernah membeli makanan dari orang Yahudi, lalu
beliau menggadaikan baju besi beliau kepada orang Yahudi tersebut (HR. Imam
Bukhari dengan Sanad dari Aisyah).
Lebih
lanjut Imam At-Tarmizi juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Nabi
SAW telah wafat, sedang baju besi beliau tergadaikan dengan dua puluh sha`
makanan (43,42 Kg gandum), yang beliau ambil untuk menghidupkan keluarga
beliau.
Perseroan
dianggap tidak sah jika yang melakukan bukan termasuk katagori orang yang tidak
boleh mengelola harta misalnya misalnya dilakukan oleh orang yang dikendalikan
oleh orang lain (mahjur `alaihi). Syarikah dapat berbentuk syarikah hak milik (syarikatul amlak) atau syarikah
transaksi (syarikatul uqud). Syarikah hak milik adalah syarikah terhadap zat barang seperti syarikah barang yang diwarisi oleh dua
orang atau yang dibeli oleh keduanya. Sedangkan syarikah uqud mengembangkan hak milik seseorang. Dalam konteks ini
terdapat 5 jenis syarikah uqud yaitu:
Pertama;
Syarikatul
Inan yaitu syarikah antara dua
orang atau lebih yang masing-masing mengikutkan modal kedalam syarikah sekaligus menjadi
pengelolalanya. Syarikah model ini
dibangun dengan prinsip perwakilan (wakalah) dan kepercayaan (amanah). Masing-masing
pihak menyerahkan modalnya kepada mitranya sekaligus memberikan kepercayaan
untuk mengelolanya. Dengan kata lain masing-masing persero (syarik) saling mewakilkan. Keuntungan diperoleh
berdasarkan kesepakatan yang nisbahnya bisa sama atau beda sementara kerugian
ditanggung bersama secara proporsional. Lebih detil masalah syirkah ini dapat dilihat pendapat
Abdurrazak di dalam kitab Al Jamik
dari Ali ra yang mengatakan “pungutan itu tergantung kekayaan, sedangkan laba
tergantung pada apa yang mereka sepakati.
Kedua:
Syarikatul Abdan atau Syarikah Abdan adalah perseroan antara
dua orang atau lebih yang mengandalkan tenaga atau keahliannya, misalnya syarikah antara insiyur sipil dan
arsitek tanpa modal dana dalam sebuah usaha konsultan bangunan, Keuntungan yang
didapat dibagi sesuai kesepakatan. Syarikah model ini hukumnya mubah
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu daud dan Al Atsram dengan sanad
dari Ubaidah dari bapaknya, Abdullah bin mas`ud yang mengatakan:
“Aku,
Ammar bin Yasir dan Sa`ad bin Abi Waqash melakukan syirkah (perseroan) terhadap apa yang kami dapatkan pada perang
badar, kemudian Sa`ad membawa dua orang tawanan perang, sementara aku dan Ammar
tidak membawa apa-apa. Tindakan mereka dibiarkan oleh Rasulullah SAW
Ketiga;
Syarikah Mudharabah atau Muqaradhah yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Dimana pemilik modal (sahibul mal) menyerahkan modalnya kepad pengelola
(mudharib) untuk dikelola atau
diusahakan sedangangkan keuntungannya dibagi menurut kesepakatan. Dalam teknik
perbankan, mudharabah adalah akad
kerjasama antara bank yang menyediakan modal dengan mudharib (nasabah) yang memamfaatkan untuk tujuan usaha yang
produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi
bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.Jika terdapat kerugian akan
ditanggung oleh shahibul mal sesuai dari proporsi modal yang dimudharabahkan.
Jumhur
ulama mengatakan rukun mudharabah ada
lima yaitu: (1) shabibul mal, (2) mudharib (pengelola), (3) keuntungan,
(4) usaha yang dijalankan (5) aqad perjanjian.
Keempat:
Syarikah Wujuh adalah syarikah antara dua orang dengan modal
dari pihak diluar orang kedua itu. Artinya salah seorang memberikan modal
kepada kedua orang tersebut yang bertindak sebagai mudharib. Sehingga kedua pengelola tersebut menjadi persero (syarik)-yang sama-sama bisa mendapatkan
keutungan dari modal pihak lain. Kedua pihak tersebut kemudian menentukan skim
bagi hasilnya. Syarikah Wujuh dapat
terjadi karena adanya kedudukan profesionalisme atau kepercayaan dari pihak
lain yang membeli secara kredit kemudian menjualnya secara kontan. Syarikah ini diperbolehkan menurut
syara`.
Kelima:
Syarikah Mufawadhah adalah gabungan
berbagai jenis syarikah baik inan, abdan, mudharabah maupun wujuh. Misalnya dua orang insiyur
melakukan syarikah dengan keahliannya
(syarikah abdan), keduanya sama-sama
memiliki modal yang di syarikahkan (syarikah
inan), sementara yang lain mensyarikahkan modalnya kedalam syarikah kedua
insiyur tersebut (syarikah mudharabah).
Pada saat melakukan syarikah kedua insiyur mendapat kepercayan pedagang untuk
membeli barang secara tunda. Wallahu
`alam binshawab
*Penulis adalah Sekjend Alumni Hukum Ekonomi
Islam (HES) UIN Ar-Raniry dan Dosen Politeknik Kutaraja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar