Oleh : Muhammad
Syarif
Pekan Nasional Kontak
Tani Nelayan (Penas KTNA) adalah wadah berkreasi komunitas Petani-Nelayan se
Nusantara. Momen ini pertama kali dilaksanakan pada 18 September tepatnya di
Desa Cihesa, Cianjur. Esensi PENAS KTNA sejatinya harus mampu menjadikan ajang
promosi dan kedaulatan Petani-Nelayan Indonesia. Sepanjang sejarah sejak
Republik Ini hadir, PENAS KTNA sudah berlangsung 15 Kali dan kali ini bermarkaz
di Aceh.
Warna
Nasionalis sangat kentara dalam Event bergensi ini. Dalam setiap efisode Penas
KTNA memiliki makna tersendiri bagi Petani, momentum ini mestinya menjadi
pemicu petani sekaligus pemantik Negara dalam memberikan warna baru dalam tata
kelola modernisasi pertanian di Indonesia.
Modernisasi Pertanian menjadi penting,
sehingga kedaulatan petani dan ketahanan pangan akan terwujud. Saatnya petani
harus bangkit. Pengelolaan lahan pertanian dengan baik, justru mendatangkan
berkah, bukan hanya bagi petani dan nelayan akan tetatpi juga bagi Bangsa
Indonesia.
Sejenak mari kita narasikan perjalanan dan
kronologi Penas KTNA dari masa-kemasa:
Penas KTNA I dilakukan Desa Cihea,
Ciranjang, Cianjur Jawa pada 18-25 Septemner 1971 dengan tema
Meningkatkan Peranan Petani dalam Program Pembangunan Pertanian.
Penas KTNA II dilaksanakan di Desa Wringin
Telu, Jember, Jawa Timur pada tanggal 23-29 Juni 1974 dengan tema
Meningkatkan Partisipasi Petani Nelayan dalam Pelita II.
Penas KTNA III dilaksanakan di Desa
Sempidi, Badung, Bali pada 20-29 April 1980 dengan tema Keserasian
Kegiatan-Kegiatan Pembangunan Usaha Tani Nelayan Dengan
Kesempatan Kerja dan Pendapatan Keluarga dengan Peningkatan
Gizi dan Dengan Kelestarian Lingkungan Hidup dan Sumber Alam.
Penas KTNA IV dilaksanakan di Desa Tawid,
Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah, Kalsel pada 22-27 Juni 1981 dengan tema
Tingkatkan Produksi dan Pengadaan
Pangan bagi Kesejahteraan
Bangsa dan Umat Manusia.
Penas KTNA V dilakukan di Desa
Purbolinggo, Lampung Tengah, Lampung pada 22-26 Agustus 1983 dengan tema
Meningkatkan Kemampuan, Peranan
dan Peran serta Petani Nelayan Sebagai
Upaya Untuk Mencapai Pertanian
Tangguh.
Penas KTNA VI dilakukan di Desa Marihat
Bandar, Simalungun, Sumatera Utara pada 22-27 Juli 1986 dengan tema Mewujudkan
Petani Nelayan Tangguh Dalam Menyukseskan Lepas Landas Pembangunan Pertanian,
Melalui Peningkatan Peranan Kontak Tani Nelayan Dalam Kelembagaan Ekonomi
Pedesaan Yang Sehat dan Kuat.
Penas KTNA VII dilaksanakan di Pangkep,
Sulawesi Selatan pada 8-10 Juli 1988 dengan tema Memantapkan Keterpaduan Kelompok
Tani Nelayan dan KUD Untuk Mewujudkan Petani Tangguh dan Keluarga Sejahtera.
Penas KTNA VIII dilaksanakan di Desa
Sawitan, Mungkid, Magelang Jawa Tengah pada 15-20 Juli 1991 dengan tema Dengan
Semangat Penas Pertasi Kencana 1991, Kita Mantapkan Petani Nelayan Tangguh, KUD
Mandiri dan KB Mandiri Yang Berwawasan Lingkungan Guna Mewujudkan Keluarga
Sejahtera.
Penas KTNA IX dilaksanakan di Desa Geres,
Gerung Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada 16-22 Juli 1996 dengan tema
Melalui Agribisnis, Koperasi Mandiri dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Kita
Tingkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Upaya Penangulangan Kemiskinan.
Penas KTNA X dilaksanakan di Tasikmalaya
Jawa Barat pada 20-25 Oktober 2001 dengan tema Melalui Pengembangan
Agribisnis dan Agroindustri Kita Tingkatkan Kesejahteraan Petani dan Nelayan.
Penas KTNA XI dilakukan di Desa Sasaran,
Tondano, Minahasa Sulawesi Utara pada 5-10Juni 2004 dengan tema dengan Membangun
Kepemimpinan Kontak Tani
Nelayan Kita Kembangkan Kemitraan Agribisnis
Menuju Petani Nelayan Mandiri.
Penas KTNA XII dilakukan di Desa Sembawa,
Banyuasin Sumatera Selatan pada 7-12 Juli 2007 dengan tema DenganRevitalisasiPertanian
Kita Tingkatkan Kemandirian dan Kemitraan Menuju
Kesejahteraan Petani Nelayan.
Penas KTNA XIII dilakukan di Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur pad a18-23 Juni 2011 dengan tema Melalui
Pemberdayaan Petani Nelayan dan
Penguasaan Tekhnologi Tepat Guna, Kita Kembangkan
Daya Saing Perekonomian Nasional Dalam
Rangka Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan.
Penas KTNA XIV dilakukan di Kepanjen,
Malang Jawa Timur pada 7-12 Juni 2014 dengan tema Memantapkan
Kepemimpinan dan Kemandirian Kontaktani
Nelayan Dalam Rangka Pengembangan Kemitraan dan
Jejaring Usaha Tani Guna
Mewujudkan Kesejahteraan Petani Nelayan.
Penas KTNA XV dilaksanakan di Stadion Lhoong
Raya Banda Aceh, 6-11 Mei 2017 dengan Tema:” Melalui PENAS KTNA XV 2017 Kita
Mantapkan Kelembagaan Tani Nelayan dan Petani Hutan sebagai Mitra Kerja
Pemerintah Dalam Rangka Kemandirian, Ketahanan dan Kedaulatan Pangan menuju
Kesejahteraan Petani Nelayan Indonesia”.
Aceh menjadi tuan rumas Penas KTNA harus
menjadi warna baru dan kado terindah kepemimpinan Zaini-Muzakkir, pertemuan
akbar petani nelayan ini yang di ikuti 35000 peserta se Indonesia, harus mampu
menyedot perhatian publik, bahwa Aceh rakyatnya Aman, Damai, Ramah dan Toleran
antar sesama umat beragama. Kehadiran kabilah Tani-Nelayan dalam jumlah yang
besar tentu mendongkrak dan menuai berkah bagi pelaku usaha ril di Aceh. Pelaku
Usaha Perhotelan, Rental, Kuliner ikut merasakan berkahnya.
Dalam perspektif lebih universal, hadirnya
para petani nelayan di Aceh mestinya menjadi ajang study dan wisata Pertanian
Nusantara. Lokasi Penas KTNA nan apik dan tertata rapi dinilai oleh sebagian
petani nusantara sangat layak dijadikan sebagai pusat study Pertanian Modern
dan Wisata Petani-Nelayan. Gagasan ini harus dipertajam dan direalisasikan oleh
Pemerintah. Karena lokasinya sangat strategis dan dekat dengan perkotaan.
Harapan kita memang demikian adanya. Jangan sampai begitu event ini berakhir. Arena ini disulap jadi ruko dan bangunan. Tentu segala kemungkinan bisa terjadi. Selaku anak petani punya mimpi andai lokasi ini terus dijadikan sebagai pusat study pertanian, maka sungguh Aceh layak dijadikan Laboratorium Pertanian dan Kedaulatan Pangan. Berbagai atraksi pertanian dan promosi alat-alat pertanian mestinya menjadi agenda Tahunan Pemerintah Aceh dalam rangka memotivasi Petani Aceh. Jika itu bisa berjalan kontinue maka event ini menjadi event yang sangat bermakna bagi kemandirian petani dan kedaulatan pangan. Wallahu `alam binshawab
Harapan kita memang demikian adanya. Jangan sampai begitu event ini berakhir. Arena ini disulap jadi ruko dan bangunan. Tentu segala kemungkinan bisa terjadi. Selaku anak petani punya mimpi andai lokasi ini terus dijadikan sebagai pusat study pertanian, maka sungguh Aceh layak dijadikan Laboratorium Pertanian dan Kedaulatan Pangan. Berbagai atraksi pertanian dan promosi alat-alat pertanian mestinya menjadi agenda Tahunan Pemerintah Aceh dalam rangka memotivasi Petani Aceh. Jika itu bisa berjalan kontinue maka event ini menjadi event yang sangat bermakna bagi kemandirian petani dan kedaulatan pangan. Wallahu `alam binshawab
Terimkasih atas share artikelnya, in sangat bermanfaat
BalasHapus