Laman

7 Jan 2020

Pelepah Pinang diolah bernilai Ekonomis


Gunakan olah pikirmu dengan baik, agar kamu bisa meraih keuntungan baik materil maupun immateril. Inilah ungkapan yang disampaikan endatu kita yang sarat dengan makna. Kiranya ini pula diaktualisasikan oleh Warga Desa Mendis, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Sebut saja namanya buyung (anonim) melakukan inovasi mengolah pelepah pinang menjadi piring hingga kotak nasi. Hal ini dilakukan untuk menggantikan penggunaan plastik dan styrofoam.


Pelepah pinang yang biasanya dibakar oleh para petani di Bayung Lencir pun kini mulai dimanfaatkan warga untuk menjadi kerajinan, karena memiliki nilai jual.
"Sebelumnya pelepah pinang ini dibuang begitu saja, kalau pun digunakan hanya dijadikan penutup tempayan saja, tapi kini muncul kreasi baru dari warga,” kata Supriyanto Ketua Kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama.
Menurutnya, saat ini banyak warga yang tertarik dengan kerajinan tersebut, malahan pesanan juga datang dari luar Sumsel. Warga yang bermukim di kawasan hidrologis gambut Sungai Merang ini pun telah menjual hasil kerajinan tangan tersebut kepada para wisatawan.

"Bahkan ada yang minta dikirim piring dan kotak nasi sebanyak sekitar 2.500 biji," ujar Suprianto. Pesanan ini, lanjutnya, datang dari restoran di Jakarta. Menurutnya, teknologi pembuatan produk ini relatif sederhana, karena alat yang digunakan hanya mesin press.
“Sebelum cetak, pelepah harus dibasahi agar lebih lentur dan tidak gampang sobek. Setelah pelepah dicuci, kemudian dicetak menggunakan mesin press,” jelasnya.
Setelah pelepah dibentuk, kemudian dikeringkan menggunakan pemanas listrik ataupun dijemur. “Dan uniknya, pelepah tidak perlu dipelitur karena bisa mengkilat secara alami," ungkap Suprianto.Biasanya, pelepah pinang dibeli dari petani senilai Rp 300-400 per lembar berukuran 25 cm. "Setiap lembar bahan bisa dijadikan maksimal 2 produk," katanya. Setelah melalui berbagai tahap produksi, piring, kotak nasi dan sendok pelepah siap dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1.500-1.800 perbuah. Saat cuaca terik, para pengrajin bisa memproduksi hingga 50 ribu buah dalam sebulan.

Inovasi petani hasil pembinaan dari Kelola Sandang ZSL Indonesia ini pun mendapat apresiasi Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza. Menurutnya, program pemberdayaan masyarakat ini sangat membantu masyarakat yang hidup dan bermukim di kawasan hidrologis gambut Sungai Merang, Musi Banyuasin.Tentunya program yang baik seperti ini menambah penghasilan warga sebagai bagian pengentasan kemiskinan serta produk yang dihasilkan pun ramah lingkungan. Kisah sukses yang dilakoni Supriyanto dengan imajinasinya melahirkan satu produk inovasi yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan ini, andai saja program ini di replikasi oleh pemerintah Aceh melalui dinas teknisnya dengan memfasilitasi studi tiru sukses  serta bantuan modal usaha bagi masyarakat atau pemuda produktif saya yakin akan berefek ganda dalam pemberdayaan ekonomi rakyat dan kebahagian bagi petani pinang. “Aceh beumakmu, rakyat becarong, ekonomi beukong, hudeup bahagia”. Peunapakat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar