suasana belajar di dayah mini aceh |
Cuaca Kutaraja cukup bersahabat, kami para punggawa
Disdik Dayah Banda Aceh punya cara istimewa dalam menghimpun ide cemerlang. Ada
kalanya ide itu muncul di saat melakukan kontemplasi, open isu aktual via
email, sosmed Tgk. Dayah bahkan terkadang lewat bincang ringan di warung kopi.
Ya, bayak cara dalam meramu gagasan yang pada akhirnya menjadi kebijakan
strategis.
Senin, 15 Januari 2018 trio Punggawa Disdik Dayah
Banda Aceh (Syarif, Saiful dan Nazar) bertandang ke Dayah Mini Aceh yang beralamat
di Gampong Alu Naga, Kecamatan Syiah Kuala. Tentu ini kali kedua kehadiran kami
pasca Dayah ini pindah lokasi, dari belantaran kali sungai syiah kuala yang
kini permanen di Alu Naga.
Dari picture lokasinya tentu dayah ini menjadi daya
magnet baru, karena lokasi yang diapit oleh pantai dan tambak warga. Saya membayangkan
area ini suatu saat akan menjadi icon baru, Banda Aceh Gemilang. Ini bukan
tanpa alasan, dimana sepanjang jalan sudah ada perumahan yang sedang di bangun
nan rapi dan elok. Jalan menuju kelokasipun ber aspal hotmik. Udara sejuk dan
sumber airnya pun cukup baik. Menurut pengakuan Tgk. Umar Rafsanjani, Lc, MA,
Pimpinan Dayah Mini Aceh suplai PDAM Tirta Daroy cukup lancar.
Kehadiran kami dalam rangka melihat lebih dekat proses
pembelajaran dayah, sekaligus menyerap aspirasi Pimpinan Dayah guna diakomudir
dalam perencanaan program dinas kedepan. Saat berada di markaz dayah, kami
mengelilingi area dayah sembari tuan guru Waled Umar Rafsanjani menunjuk
beberapa gedung dan masterplan pengembangan dayah kedepan. Disamping itu
saya melihat tanaman buah tin, dan kami
pun disuguhinya. Ya rasa buah tin benar-benar makyos, manis dan berkhasiat
tinggi.
Melihat perkembangan Dayah Mini Aceh yang terus
berkembang, tentu kami sangat terharu. Setidaknya ini langkah yang baik dalam
menggemilangkan Banda Aceh kedepan. Para santrinya berasal dari 23
Kabupaten/Kota di Aceh yang umumnya berasal dari anak yatim dan miskin. Semua santrinya
gratis, ungkap Waled Umar Rafsanjani. Ini tugas yang mulia, hatiku bergumam. Wajah sumringan guru dan murid terlihat jelas.
Sang gurupun sangat bersemangat dalam mengajarkan santrinya.
Setelah tuntas
belajar santri pun bergegas menuju dapur utama guna sarapan pagi, ya walau
menunya ala kadar, kami melihat para santri menikmatinya tanpa keluhan. Disaat
kami ke temu bunda nyak maneh (panggilan samaran juru masak), dengan polosnya
beliau meminta, pak jika ada bantuan qurban jangan lupa ya, dayah kami di bantu?.
Insya Allah, kami akan sampaikan pada pimpinan. Kami pun akhirnya
pamit...semoga dari pojok Dayah Mini Aceh, keluar cahaya kegemilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar