Laman

28 Okt 2017

Ibnu Hajar Santri Dayah yang jago bikin Pesawat terbang


Oleh: Muhammad Syarif, SHI.M.H*
Santri Dayah (baca pondok pesantren) Aceh yang satu ini punya segudang prestasi, namanya Ibnu Hajar, ST, santri Dayah Mudi Mesra, Samalanga Bireun. Lahir di Aceh Besar 8 Agustus 1987. Masa-masa kecilnya terus mengembara dan penasaran melihat pesawat terbang yang mampu mengangkat beban berat, hingga terbang melayang diudara. Pemuda paruh baya ini, sejak kecil terbiasa dengan “filsafat mesin melayang” lantaran rumahnya berdampingan dengan area Batalion 112, Mata Ie, Puni, Aceh Besar.

Keingin tahuanya terhadap bagaimana pesawat bisa terbang dan mampu membawa penumbang didalamnya? sehingga jawaban terhadap itu terus ia gali, hingga keakar-akarnya. Punya mimpi besar suatu saat mampu merancang pesawat remote kontrol dalam berbagai tipe/model, terjawab sudah disaat ia sedang menulis Skripsi di Fakultas Teknik Sipil Unsyiah. Pengembaraannya dalam menemukan jawaban akan besi terbang dilakoninya sejak bersekolah MTs Negeri 1 Banda Aceh, hingga Sekolah Menengah Kujuruan (SMK/STM Neg.2 Banda Aceh). Pilihan prodi andalanya kala itu adalah Teknik Mesin. Akan tetapi hanya diterima di jurusan Teknik Menggambar (Arsitektur).
Tentu pilihan tersebut bukan tanpa awalasan, karena ia ingin menemukan jawaban atas filsafat besi terbang. Akan tetapi Allah punya rencana lain. Wamakaru wamakarallah, wawwahu khairul makirin (manusia berencana, dan Allah juga punya rencana, sebaik-baik rencana adalah rencana Allah). Prodi yang ia gandrungi ternyata belum mampu ia penuhi karena standar bobot nilai yang tinggi dan ternyata, kala itu ia beralih pada jurusan menggambar bangunan. Tentu dalam rumah besar yang sama yaitu SMK Neg 2 Banda Aceh.
Walau demikian kecintaannya pada dunia Aeromodeling (pesawat yang mampu terbang satu awak/orang) terus dia asah, hingga suatu ketika mimpi itu bisa diwujudkan. Pintanya saat bercerita kesaya pasca kami ketemu disebuah acara Akbar Hari Santi Nasional tingkat Propinsi Aceh di Dayah Al- Madinatul Munawwarah al-Waliyah (AMAL), Peurelak Aceh Timur, 23 November 2017.
Lebih lanjut Pemuda Aceh Besar ini bercerita pada kami bahwa; awalnya ia hanya mampu membikin pesawat dari material rumbia dan hanya mampu mutar-mutar saja dan tidak bisa terbang. Akan tetapi menjelang akhir dari perkuliaannya pada jurusan teknis Sipil Unsyiah, Ibnu Hajar mampu memecahkan teka-tekinya (merakit pesawat dengan berbagai variasi; helikopter, pesawat pengintai, pesawat maping lahan dan pesawat tempur) dengan kecepatan terbang puluhan kilometer. Bukan hanya itu, ia juga mampu mengontrol langsung pesawatnya dengan GPS.
Santri berprestasi ini juga pada Tahun 2013 Pemerintah Aceh melalui Badan Pembinaan Dayah Aceh yang kini berubah menjadi Dinas Pendidikan Dayah Aceh memberikan Penghargaan dan Anugrah Santri Dayah Kreatif.  Berbagai karyanya dalam keilmuan merakit pesawat dipamerkan pada agenda Hari Santri Nasional, di Dayah AMAL.  Manuver salto pesawat remote control melayang diudara dengan jelajah tempur bagai kilat. Ribuan pengunjung kagum akan kepintarannya dalam memamerkan hasil karyannya dan layak di Patenkan (Hak Kekayaan Intelektual/HAKI).
Saya menjadi saksi dan geleng-geleng kepala. Jajaran Forkompinda Aceh ikut terpesona. Media Elektronik pun melakukan liputan eklusif terhadap kemampuannya. Ia layak disebut generasi BJ Habibie, mantan Menristek dan Presiden RI era Reformasi. Satu mimpinya yang belum terwujud adalah Terbang bersama pesawat yang ia rancang sendiri. Tentunya mimpi itu akan terwujud bila Gubernur Aceh meliriknya sekaligus memberikan perhatian serius kepada Ibnu Hajar dalam mengembangkan bakatnya dalam dunia “merancang pesawat”. Kami doakan agar kelak Ibnu Hajar mampu melanjutkan gagasan besarnya, sebagaimana sang tuan guru BJ Habibie. Akankah mimpinya suatu ketika bisa merakit pesawat dengan kapasitas satu awak penumpang dan terbang besamanya diudara? Hanya waktu yang menentukannya. Wallahu `alam binshawab

*Penulis adalah Peserta Hari Santri Nasional tingkat Propinsi Aceh,  Kabid SDM dan Manajemen Dinas Pendidikan Dayah Banda Aceh, Mantan Aktivis`98, Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I, Fungsionaris KAHMI Aceh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar